Karya Eza Yulianto Saputro
Jumat, 26 Februari 2016
Selasa, 23 Februari 2016
ESAI ADIWIYATA TAHUN 2015
MENGUBAH
POLA PIKIR WARGA SMANSA MELALUI PELAKSANAAN PRINSIP PARTISIPATIF DAN
BERKELANJUTAN DALAM MEWUJUDKAN SEKOLAH ADIWIYATA MANDIRI
Lingkungan
adalah sesuatu gejala alam yang ada disekitar kita, dimana terdapat interaksi
antara faktor biotik (hidup) dan faktor abiotik (tak hidup). Lingkungan
menyediakan rangsangan (stimulus) terhadap individu dan sebaliknya individu
memberikan respons terhadap lingkungan. Dalam proses interaksi itu dapat
terjadi perubahan pada diri individu berupa perubahan tingkah laku. Oemar
Hamalik (2004:194) dalam teorinya “Kembali ke Alam” menunjukan betapa
pentingnya pengaruh alam terhadap perkembangan peserta didik. Menurut Oemar
Hamalik
(2004: 195) Lingkungan (environment) sebagai dasar pengajaran adalah faktor kondisional yang mempengaruhi tingkah laku individu dan merupakan faktor belajar yang penting. Lingkungan yang berada disekitar kita dapat dijadikan sebagai sumber belajar. Bila lingkungan sehat maka semua mahkluk hidup yang ada disekeliling kita akan dapat bernafas dengan baik. Terutama kita sebagai siswa dapat menerima materi pembelajaran dengan baik. Karena bila ruangan kelas bersih, pastilah udara akan sejuk. Dan oleh karena itu otak dapat menjalankan fungsi dan kegunaannya dengan sempurna.
(2004: 195) Lingkungan (environment) sebagai dasar pengajaran adalah faktor kondisional yang mempengaruhi tingkah laku individu dan merupakan faktor belajar yang penting. Lingkungan yang berada disekitar kita dapat dijadikan sebagai sumber belajar. Bila lingkungan sehat maka semua mahkluk hidup yang ada disekeliling kita akan dapat bernafas dengan baik. Terutama kita sebagai siswa dapat menerima materi pembelajaran dengan baik. Karena bila ruangan kelas bersih, pastilah udara akan sejuk. Dan oleh karena itu otak dapat menjalankan fungsi dan kegunaannya dengan sempurna.
Berbagai upaya
telah ditempuh oleh pemerintah dalam rangka memperbaiki mutu pendidikan di
Indonesia. Upaya tersebut mencakup berbagai komponen yang ada hubungannya
dengan kualitas pendidikan. Diantaranya adalah kualifikasi guru, perbaikan
kurikulum, pengadaan media dan buku-buku ajar, dan masih banyak lagi yang
dilakukan oleh pemerintah dalam meningkatkan mutu di Indonesia. Salah satu
komponen yang harus dimiliki oleh guru agar mampu melaksanakan pembelajaran
yang efektif adalah guru harus mampu memanfaatkan dan menggunakan media dan
sumber belajar yang tepat.
“Sebenarnya, apa sih adiwiyata itu?”
Adiwiyata mempunyai pengertian sebagai tempat yang baik dan ideal dimana dapat
diperoleh segala ilmu pengetahuan dan berbagai norma serta etika yang dapat
menjadi dasar manusia menuju terciptanya ke-sejahteraan hidup kita dan menuju
kepada cita‐cita pembangunan berkelanjutan.
Tujuan program Adiwiyata adalah mewujudkan warga sekolah yang bertanggung jawab
dalam upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup melalui tata kelola
sekolah yang baik untuk mendukung pembangunan berkelanjutan.
Permasalahan mengenai lingkungan ini
sebenarnya sudah menjadi masalah lama khususnya di Indonesia. Permasalannya
semakin hari-semakin “Kacau” saja, apalagi di tahun 2015 ini. Dalam esai kali
ini penulis akan mempersempit cakupan permasalahannya yaitu untuk kebersihan di
lingkungan Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Sungailiat. Permasalahannya ini akan
penulis bagi menjadi tiga kasus pokok/utama. Kasus pertama yang ditinjau
penulis adalah pandangan mengenai lingkungan SMANSA jika dilihat dari
“kacamata” masyarakat awam, menurut penulis hal ini perlu dilakukan agar kita
sebagai warga SMANSA mengetahui pandangan orang lain mengenai lingkungan SMANSA
ini, apakah sudah cukup baik atau ada hal yang harus dibenahi lebih lanjut.
Kasus kedua yang menjadi sorotan penulis adalah usaha yang telah dilakukan oleh
seluruh warga SMANSA dalam menjaga lingkungannya, khususnya menyangkut usaha
untuk menggapai gelar “Adiwiyata Mandiri” itu sendiri. Kasus ketiga ialah
permasalahan mengenai rendahnya kesadaran siswa-siswi SMANSA akan pentingnya
menjaga lingkungan sekolah.
Pada
kasus pertama, penulis menarik sebuah hipotesa awal dari masyarakat umum
mengenai lingkungan SMANSA ini. Kebanyakan masyarakat menilai bahwa SMANSA
merupakan salah satu sekolah yang terbaik di Kecamatan Sungailiat ini, karena
prestasinya yang cukup gemilang. Dengan adanya penghargaan ini, seharusnya
dapat diimbangi dengan tindakan yang lebih nyata lagi, khususnya mengenai
lingkungan. Menurut penulis sendiri, SMANSA ini mempunyai tanah yang cukup
luas. Namun, tanah yang digunakan untuk tempat yang hijau hanya berkisaran
15-20 persen selebihnya adalah tempat yang gersang dan bangunan yang berdiri
kokoh berdiri, hal ini tentu bisa kita rasakan sendiri betapa panasnya
lingkungan SMANSA ini.
Pada
tinjauan kasus kedua yang penulis anggap penting adalah mengenai usaha yang
telah dilakukan oleh seluruh warga SMANSA dalam menjaga lingkungannya. Adanya
sebuah keberhasilan, tentu pasti adanya sebuah usaha/pengorbanan. Penulis tidak
mengetahui secara pasti mengenai usaha secara keseluruhannya, tentunya semua
halnya telah dicanangkan dari jauh-jauh hari. Namun, jika diperbandingkan
dengan keadaannya saat ini, menurut penulis reputasi usahanya sudah mulai
menurun, apalagi terkait dengan adanya pembangunan gedung baru. Kenapa hal ini
harus penulis katakan? Sebab, inilah poin
yang terpenting demi kelanjutan penghijauan ini. Sekolah telah menciptakan GHT
(Green House Team) sebagai salah satu
“motor penggerak” penghijauan di SMANSA. Namun, menurut penulis GHT ini tidak
berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan.
Tinjauan
kasus ketiga yang menurut penulis perlu dibenahi adalah mulai memudarnya
kesadaran siswa-siswi SMANSA dalam menjaga lingkungan. Menurut penulis, hal ini
menjadi pokok permasalahan dari beberapa tinjauan masalah yang sebelumnya
penulis paparkan. Kesadaran ini memudar karena sikap pada masing-masing
individunya itu sendiri. Namun, kita juga tidak dapat menyalahkan pada salah
satu pihak (sekolah/siswa) saja, kita harus introspreksi diri sendiri.
Kesadaran itu muncul jika ada kemauan. Mungkin, salah satu faktor yang
menyebabkan itu semua adalah kurangnya sarana dan prasarana pendukung yang
diberikan sekolah, kalau pun ada sekolah tidak melakukan kajian secara rutin
itulah kesalahan yang menurut penulis mendasar sekali dampaknya. Tidak hanya
itu saja, namun yang perlu penulis munculkan kembali adalah nilai gotong
royong. Nilai ini cocok dengan ciri NKRI yakni negara argaris, dari nilai
gotong royong, diharapkan kita sebagai warga SMANSA dapat saling membantu. Penulis
merasa masalah yang lebih kompleks akan bertambah seandainya kesadaran dan ini
tidak ditumbuhkan kembali.
Sesuai dengan tema perlombaan esai
kali ini, “Sekolah Menuju Adiwiyata” maka penulis akan memaparkan beberapa hal
yang menurut penulis dapat menjadi referensi bagi pihak sekolah dan dapat
ditindaklanjuti, artinya bukan hanya sekedar diperlombakan saja namun harus
dilakukan dalam tindakan nyata. Penulis mengamati ada
empat hal utama yang harus dilakukan sekarang ini yakni meningkatkan kembali
kesadaran (moral) akan pentingnya sebuah lingkungan bagi seluruh warga sekolah
tanpa terkecuali, melakukan pembenahan mengenai sarana-prasarana penunjang
lainnya dan melakukan kajian secara rutin, melakukan kolaborasi semua
ekstrakulikuler untuk mengajak anggotanya untuk menjaga lingkungan, menciptakan
ruang hijau yang asri tidak perlu luas yang penting manfaatnya terasa. Seluruh
gagasan ini sesuai dengan prinsip sekolah Adiwiyata yakni partisipatif (Komunitas
sekolah terlibat dalam manajemen sekolah yang meliputi keseluruhan proses
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi sesuai tanggungjawab dan peran) dan
berkelanjutan (kegiatan harus dilakukan secara terencana dan terus
menerus secara komprehensif)
Hal yang pertama
adalah meningkatkan kembali kesadaran (moral) akan pentingnya sebuah lingkungan
bagi seluruh warga sekolah tanpa terkecuali. Moral yang baik ini penulis
persempit menjadi dua poin utama. Poin yang pertama adalah memiliki prinsip dan
komitmen. Prinsip dan komitmen ini penting
adanya, karena penyebab terjadinya perubahan dan kemajuan dalam pembangunan
adalah berdasarkan prinsip dan komitmen para pemimpinnya. Konsistensi diri dan
kreasi intelektual dalam implementasi regulasi dan kebijakan untuk menangani
permasalahan menjadi faktor penentu keberhasilan yang diharapkan oleh segenap
warga sekolah. Poin yang kedua adalah jujur, amanah, dan bertanggung jawab.
Dengan jujur, amanah, dan bertanggung jawab maka lama-kelamaan semua
permasalahan akan cepat menemui titik terang/penyelesaian.
Hal
yang kedua adalah melakukan pembenahan mengenai
sarana-prasarana penunjang lainnya dan melakukan kajian secara rutin. Inilah
adalah satu gagasan penulis dalam mengkritisi/memberi saran terhadap
perkembangan dan kemajuan SMANSA kedepannya yang ditargetkan dapat menggapai
gelar Adiwiyata Mandiri pada tahun 2017. Tahap awal yang dapat dilakukan oleh
pihak sekolah melakukan pengecekkan terhadap seluruh sarana-prasana penunjang
yang telah diberikan seperti tempat sampah, dinding dan atap ruang kelas, daerah
resapan air, Green House, dan lain
sebagainya. menurut penulis, ini tahapan awal yang dapat dilakukan agar pihak
sekolah mengetahui langsung bukan hanya sekedar laporan saja. Masalah kotak
sampah yang dikelas, jika hanya berupa tulisan “Organik & Non-Organik”
nampaknya tidak memberikan efek apapun. Untuk itu, penulis bermaksud
menyarankan sekolah untuk mengganti tulisan “Organik & Non-Organik” pada kotak sampah di masing-masing kelas
dengan perbedaan warna agar siswa lebih mudah untuk membedakannya dan mengganti
ukurannya menjadi lebih sedikit besar agar tampungannya dapat lebih banyak. Kemudian,
masalah dinding dan atap ruang kelas. Adiwiyata tidak selalu hijau-hijau-dan
hijau saja. Namun, infrastruktur pun patut di perhatikan agar terdapat
keselarasan antara usaha pendukung berupa penghijauan dan fasilitasnya.
Selanjutnya, daerah resapan air. Setiap hujan deras mengguyur, lingkungan
SMANSA khususnya di sekitar ruang kelas terjadi banjir. Hal ini tentu karena
daerah resapan airnya kurang atau fungsi bioporinya kurang berdampak luas bagi
lingkungan. Terakhir, masalah Green House
yang menurut penulis manfaatnya kurang terasa. Masalah internal membuat
kegiatannya tidak berjalan sesuai rencana yang dicanangkan. Selain itu, pihak
sekolah juga menurut penulis “enggan memperhatikan” sehingga masalah ini
menjadi masalah serius. Kenapa? SMANSA mentargetkan Adiwiyata Mandiri di tahun
2017 dan sekarang telah akhir tahun 2015, artinya jangka waktu untuk
membenahinya hanya 1 tahunan. Untuk itu, mulai saat ini segalanya harus
diperhatikan secara detail. Mulailah
dari sekarang kalau bukan kita siapa lagi, kalau bukan sekarang kapan lagi.
Hal yang ketiga
adalah melakukan kolaborasi semua ekstrakulikuler untuk mengajak anggotanya
untuk menjaga lingkungan. Kurikulum saat ini mewajibkan seluruh siswa untuk
mengikuti ekskul, untuk itu penulis terpikir untuk melakukan kolaborasi kepada
seluruh ekskul di sekolah ini untuk bekerja sama dalam menjaga lingkungan
terlepas dari apakah ekskul tersebut dibidang penghijauan ataupun tidak. Sebab,
saat ini yang harus kita perhatikan adalah tercapainya target adiwiyata maka
menurut penulis ini adalah satu tindakkan nyatanya, semakin banyak orang yang
berpartisipasi semakin cepat proses keberhasilannya terwujud.
Dan terakhir
adalah menciptakan ruang hijau yang asri sesuai dengan lahan yang tersedia.
Penulis memiliki sebuah gagasan kepada pihak sekolah untuk memanfaatkan lahan
kosong dibelakang Gedung Serba Guna menjadi Green House. Asumsi ini penulis
dapatkan karena setiap penulis melakukan pelajaran olahraga selalu berada di
lingkungan lapangan, lahan tersebut sedikit membuat pandangan mata tidak nyaman
kumuh, kotor, banyak nyamuk dan lain sebagainya. Alangkah baiknya pihak sekolah
untuk membuat lahan tersebut menjadi Green House dengan rancangan menaman secara
hidroponik yang di desain sedemikian rupa tanpa menghilangkan bangunan yang
tersedia. Dengan adanya Green House tersebut sekiranya dapat membantu sekolah
dalam mempercepat terwujudnya Adiwiyata Mandiri dan siswa sendiri dalam
mengikuti pembelajaran. Penggunaan lingkungan sekitar sekolah sebagai sumber
belajar direncanakan dan ditata dalam suatu rencana yang akan digunakan dalam
kegiatan pembelajaran. Kegiatan pembelajaran yang direncanakan dengan baik, dan
menggunakan sumber belajar yang menarik akan berpengaruh pada belajar peserta
didik. Gaya belajar sangat penting dan merupakan syarat mutlak bagi seorang
siswa untuk belajar. Gaya belajar adalah cara-cara yang lebih kita sukai dalam
melakukan kegiatan berpikir, memproses dan mengerti suatu informasi (Gunawan,
2006). Gaya belajar juga merupakan metode yang dimiliki individu untuk
mendapatkan informasi, yang pada prinsipnya merupakan bagian integral dalam
siklus belajar aktif (Riding dan Rayner, 2002). Menurut Keefe (2007), gaya
belajar adalah suatu karakteristik kognitif, afektif dan psikomotor, sebagai
indikator yang bertindak relatif stabil untuk pembelajar merasa saling
berhubungan dan bereaksi terhadap lingkungan belajar.
Gaya belajar
merupakan peran penting dalam proses pendidikan. Setiap pelajar mempunyai gaya
belajar yang berbeda-beda. Ada pelajar yang sesuai dengan gaya belajar tertentu
dan ada individu yang tidak sesuai dengan gaya belajar tersebut. Beberapa
pelajar dapat belajar dengan baik jika diberi bimbingan, namun terdapat juga
pelajar yang belajar dengan baik dengan inisiatif sendiri. Inilah yang
menjelaskan alasan setiap pelajar memiliki gaya belajar yang personal dan unik.
Gaya-gaya belajar yang unik ini dapat dipandang sebagai kekayaan yang harus
disadari oleh individu itu sendiri dan khususnya bagi mereka yang menjadi
orang-orang yang terampil membantu (guru) pada proses pembelajaran. Sementara
itu siswa juga akan belajar lebih baik jika lingkungan diciptakan secara
alamiah Belajar akan lebih bermakna jika siswa “mengalami” sendiri apa yang
dipelajarinya, bukan hanya mengetahuinya.
Lingkungan
merupakan salah satu tempat atau wahana untuk digunakan sebagai media
pembelajaran dalam proses belajar mengajar, karena dapat menumbuhkan minat dan
merangsang mereka untuk berbuat dan membuktikannya. Tetapi kebersihan dan
keindahan lingkungan tersebut juga mempengaruhi terhadap cara belajar
siswa/siswi. Dengan melaksanakan program adiwiyata akan menciptakan warga sekolah,
khususnya peserta didik yang peduli dan berbudaya lingkungan, sekaligus mendukung
dan mewujudkan sumber daya manusia yang memiliki karakter bangsa terhadap
perkembangan ekonomi, sosial, dan lingkungannya dalam mencapai pembangunan
berkelanjutan di sekolah tersebut.
Langganan:
Postingan (Atom)